BAB I
PENDAHULUAN
Kamus besar bahasa
Indonesia menyatakan bahwa integritas adalah mutu, sifat, atau keadaan yang
menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkan
kewibawaan; kejujuran[1]. Dengan mengacu pada definisi
ini maka integritas adalah suatu hal yang sangat esensial dalam kepemimpinan,
baik dalam kepemimpinan sekuler maupun dalam kepemimpinan rohani. Bahkan boleh
di katakan salah satu faktor utama kesuksesan seseorang ditentukan dari
integritasnya. Untuk dapat membahas dan memperoleh titik temu antara integritas
dan kepemimpinan dalam era sekarang ini, maka penulis berpendapat bahwa Yesus
adalah cermin yang pantas untuk dijadikan standar keteladanan kepemimpinan
tersebut. Kenneth E. Hagin dalam bukunya yang berjudul nama Yesus menerangkan
tentang pribadi Yesus berdasarkan kitab Ibrani 1:1-6, Kenneth menyatakan bahwa:
Ia
mewarisi nama yang lebih agung dari setiap nama malaikat manapun. Sebagai Anak
Allah Ia adalah ahli waris dari segala yang dimiliki oleh Allah Ia merupakan
wujud yang nyata dari Allah, Ia merupakan cahaya cemerlang, Ia merupakan cahaya yang paling menyolok
tentang gambar wujud Allah. Ia merupakan
perwujudan Allah yang berbicara langsung kepada manusia.[2]
Kepemimpinan Yesus telah dibahas secara luas
dalam kitab-kitab perjanjian baru, namun pada penulisan skripsi ini lebih fokus membahas integritas kepemimpinan
Yesus berdasarkan bagian-bagian tertentu dalam injil Markus. Injil Markus
adalah kitab yang salah satu keunikannya
menempatkan Yesus sebagai seorang hamba.
Integritas kepemimpinan
sangat penting untuk dibahas secara
umum, maraknya pemberitaan di media
cetak dan media elektronik tentang kasus-kasus korupsi yang
diungkap, yang melibatkan baik pengusaha, pegawai negeri sipil bahkan para
pemimpin bangsa, anggota DPR, menteri, jaksa, gubernur, walikota, bupati, banyak yang akhirnya dijebloskan ke dalam
penjara. Berikut penulis memberikan sebuah contoh kasus tentang pernyataaan di
atas dengan mengutip sebuah berita yang dilansir oleh tribunanews.com tentang
seorang pejabat yang sudah dipenjara namun masih menerima gaji.
Yang jelas
secara legal yang bersangkutan kan anggota Dewan. Kita bicara legalitas, kalau
keuangan negara kan legalitas. Nyatanya ada
anggota DPR yang sudah di penjara, belum diberhentikan masih makan duit DPR
juga, kata Marzuki di Istana Merdeka Jakarta, Jumat (12/8/2011).[3]
Semua
peristiwa ini ada kaitannya dengan integritas, bangsa ini terus mendambakan
para pemimpin yang integritasnya tidak diragukan untuk mengantar bangsa ini
menuju kehidupan yang lebih adil dan sejahtera serta benar-benar merdeka. Namun melihat realita yang terjadi, apa yang
didambakan tersebut belum kunjung dicapai. Usaha pemerintah terus dilakukan
bahkan pemerintah melalui menteri
pendayagunaan aparatur negara dan reformasi birokrasi republik Indonesia mengeluarkan peraturan nomor 20 tahun 2012 tentang
pedoman umum pebangunan zona integritas menuju wilayah bebas dari korupsi .
Berikut penulis mengutip isi dari aturan pemerintah tersebut yang penulis
download dari situs menteri pendayagunaan aparatur negara dan reformasi
birokrasi republik Indonesia:
Dengan rahmat Tuhan yang maha esa menteri
pendayagunaan aparatur negara dan reformasi birokrasi republik Indonesia, menimbang : a.
bahwa fakta Integritas yang dilaksanakan dalam rangka pemberantasan korupsi selama ini perlu diimplementasikan
dalam rangka mewujudkan Wilayah
Bebas dari Korupsi; b. bahwa
untuk mengimplementasikan Pakta Integritas sebagaimana disebutkan dalam huruf a. perlu ditetapkan peraturan mengenai Pedoman Umum Pembangunan Zona
Integritas Menuju Wilayah Bebas dari
Korupsi dengan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi;[4]
Ini menandakan bahwa keseriusan
pemerintah untuk menangani kasus kepemimpinan yang berintegritas terlihat
sangat jelas. Upaya-upaya ini tentunya adalah langkah-langkah yang diambil
untuk meminimalisir kasus kepemimpinan yang tidak berintegritas.
Perlu diperhatikan bahwa apa yang
terjadi didunia sekulerpun hari-hari ini telah merambat masuk kedalam gereja.
Masalah integritas telah menjadi hal yang jarang diketemukan dalam kepemimpinan
Kristen dalam hal ini para hamba Tuhan, yang diyakini oleh para kaum awam
sebagai sosok yang patut diteladani dan dihormati.
Jonathan Parapak seorang cendekiawan
Kristen dan pendiri Perkantas dalam kata pengantarnya pada buku Integritas : “Memimpin
di bawah pengamatan Tuhan” yang ditulis oleh Jonathan Lamb mengatakan bahwa
lebih memprihatinkan lagi berkembangnya masalah perpecahan dan bentrokan dalam
berbagai institusi kristiani bahkan di gereja yang disebabkan masalah korupsi dan
integritas para pejabatnya.[5]
Jadi masalah integritas adalah masalah yang cukup universal karena bukan hanya
terjadi di dunia sekuler tetapi juga terjadi dalam gereja. DR. Paul G. Caram
dalam bukunya pedoman bagi hamba Tuhan (The Minister’s Manual) menyatakan
bahwa:
Kondisi suatu
bangsa berkaitan langsung dengan kondisi gereja didalam bangsa tersebut, dan
kodisi gereja berkaitan langsung dengan kondisi para hamba Tuhannya. Seorang
hamba Tuhan memiliki kuasa untuk mengarahkan umatnya kepada kebenaran atau
kepada keduniawian. Tatkala suatu bangsa murtad atau mundur dari Tuhan dan
sudah siap untuk dihukum, hal tersebut sesungguhnya adalah akibat dari
pekerjaan seorang imam yang telah menurunkan standar-standar Allah[6].
Tidak
mengherankan bila banyak media memberitakan tidak hanya mengenai para politikus
yang berjatuhan, tetapi juga para pendeta yang menggelapkan dana gereja atau
yang melakukan perzinahan-perzinahan terselubung. Pdt. Yakobus Handjojo Wijaya
dalam bukunya yag berjudul Ikabot (Kemulian yag lenyap menyatakan bahwa:
Sangat
menyedihkan memang kejatuhan dari pada hamba-hamba Tuhan atau pemimpin rohani
yang sudah pernah dipakai oleh Tuhan ini.
Iblis memakai
sex dalam bentuk perzinahan, perselingkuhan (bagi yang sudah berkeluarga)
pergaulan bebas (free sex, free love, khususnya kaum muda) ada juga hamba Tuhan
yang menjadi homo secara tersamar maupun lesbi[7].
Kisah-kisah seperti ini sangat laris
terjual karena merupakan contoh kemunafikan yang terang-terangan. Memang ada
sedikit sensasi, tetapi bagaimana reaksi
orang awam yang menyadari kemunafikan para pemimpin tersebut, khususnya yang
berasal dari kalangan gereja atau politikus yang merasa berhak menuntut orang
lain bagaimana seharusnya berperilaku namun tidak dapat menunjukkan keteladan
yang baik. Pemimpin yang seperti ini akan menjadi batu sandungan dan buah bibir
bagi orang-orang yang dipimpinya. Hal senada pula dinyatakan dalam bukunya Pdt.
Yakobus Handjoyo Wijaya yaitu bahwa:
Untuk menjadi
seorang pemimpin tidaklah sederhana dan mudah, karena seorang pemimpin itu
tidak hanya bertanggung jawab pada dirinya sendiri tetapi juga kepada banyak
orang yang dipimpinnya. Ada banyak syarat yang harus dipenuhinya dan mentaati
segala ketetapan yang sudah digariskan kepadanya [8].
Sudah terlalu biasa melihat korban yang
berjatuhan dari kalangan petinggi gereja. Cara hidup pengkhotbah-pengkhotbah menyiratkan
pertentangan dengan apa yang dikhotbahkan. Khotbah adalah bagian penting dari pelayanan seorang hamba Tuhan dan sering digunakan sebagai senjata. Tetapi
sebenarnya apa yang sebenarnya dimengerti oleh seorang hamba Tuhan? Khotbahnya
atau pribadinya? Aldwin Ragoonath dalam
bukunya Preach The Word mengutip pernyataan dua orang yaitu David Smith dan
Philips Brooks, keduanya menyatakan tentang hal berkhotbah sebagai berikut:
Berkhotbah
adalah penyampaian kebenaran oleh manusia kepada manusia. Dan Berkhotbah adalah
membawa kebenaran melalui pribadi. Kedua pernyataan ini menunjuk pada pentingnya
karakter seorang pendeta; pendeta menjadi bagian yang sangat berperan dalam
khotbah.[9]
Jadi kalau masalah integritas seorang
hamba Tuhan buruk maka khotbahnya adalah juga “buruk”. Betapa banyak kehancuran
yang disebabkan oleh kesenjangan antara ajaran dan perilaku para hamba Tuhan
maupun para pemimpin yang berseru kepada orang lain supaya hidup menurut
standar Allah, namun ada kemunafikan dibalik itu. Sungguh ini telah mencemarkan
reputasi gereja. Situasi seperti ini harus segera ditanggapi tidak boleh dibiarkan
berlarut-larut, karena satu saja kecemaran dalam gereja dapat merusak
pergerakan dan pertumbuhan gereja, baik secara kuantitas maupun kualitas. Apa
yang penulis ungkapkan ini juga dinyatakan dalam firman Tuhan yaitu dalam
suratan Galatia. 5:9 “Sedikit ragi sudah mengkhamirkan seluruh adonan".
Dengan demikian membahas mengenai
kepemimpinan yang berintegritas adalah membahas segala hal yang berkaitan
dengan seluruh aspek kehidupan dan ini sangat penting. Barometer yang dapat
dipakai untuk membahas semuanya ini adalah Alkitab, secara khusus kembali
melihat kepada pribadi Yesus dan kepemimpinanNya.
Alasan Pemilihan Judul
Ada beberapa alasan
yang pemilihan judul pada skripsi “Integritas kepemimpinan Yesus dalam Injil
Markus dan implementasinya bagi kepemimpinan hamba Tuhan”. Alasan-alasan
tersebut adalah sebagai berikut: pertama, kepemimpinan Yesus adalah model yang
perlu di teladani oleh pemimpin Kristen masa kini. Sebagaimana yang dinyatakan
dalam injil Yohanes. 13:15 “Sebab Aku telah memberikan suatu
teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat
kepadamu”
Kedua, Integritas adalah modal utama
seorang pemimpin, namun sekaligus modal yang paling jarang dimiliki oleh
pemimpin. Pernyataan ini dibuktikan dengan penelitian dari seorang Peneliti kepemimpinan James Kouzes dan Barry
Posner dalam buku mereka berjudul Credibility : How Leaders Gain and Lose It,
Why People Demand It melaporkan hasil riset mereka selama hampir 20 tahun dari
survey terhadap ribuan kaum profesional dari empat benua. James Kouzes dan
Barry Posner menyatakan bahwa
karakteristik nomor satu yang paling kritis bagi seorang pemimpin adalah
integritas[10].
Berarti ini merupakan tragedi terbesar yang perlu diselesaikan.
Ketiga, model kepemimpinan Yesus masih
sangat relevan dan perlu diterapkan untuk pemimpin masa kini. Hal ini
sehubungan dengan arti integritas yang mengalami erosi. Bagi sebagian besar pemimpin
dari berbagai bangsa di dunia ini, kata
integritas menimbulkan gagasan sok suci dan pikiran picik. Sehingga para
pemimpin gereja berlaku sesuai dengan keinginannya sendiri dan melakukan
penyelewengan-penyelewengan dalam kepemimpinan dalam gereja. Dr. Clinton di
dalam studi perbandingannya tentang pemimpin di dalam Alkitab membandingkan
para pemimpin yang menyelesaikan dengan tuntas dan mereka yang tidak. Dr.
Clinton memaparkan bahwa:
Ada enam
rintangan umum yang mengganggu para pemimpin yang sampai pada masa kini masih
merupakan hambatan pelayanan yang umum, yaitu : (1) Penggunaan dan
penyalahgunaan Keuangan, (2) Penyalahgunaan Kekuasaan, (3)
Kebanggaan, (4) Penyelewengan Seksual, (5) Hubungan Keluarga, dan (6) Stagnasi.[11]
Mengacukan kepada ketiga alasan di atas
maka penulis ingin menguraikan secara mendetail dalam skripsi ini bagaimana
seorang hamba Tuhan dapat menjadi pemimpin yang memiliki integritas, dengan
mengacu kepada integritas kepemimpinan Yesus berdasarkan injil Markus.
Tujuan
Penulisan
Adapun yang menjadi tujuan dalam penulisan
skripsi ini adalah sebagai berikut: Pertama, memaparkan intengritas
kepemimpinan Yesus berdasarkan bagian-bagian tertentu dalam injil Markus.
Kedua, mengatasi krisis karakterisitik integritas pemimpin dalam gereja atau
hamba-hamba Tuhan dengan memberi
sumbangsi pengetahuan dalam studi pustaka yang berkaitan dengan integritas
kepemimpinan seorang hamba Tuhan. Ketiga, menyajikan secara benar arti
integritas yang sesungguhnya dan penerapannya dalam dunia pelayanan,
sebagaimana yang telah diterapkan oleh Yesus, secara khusus pada bagian-bagian
tertentu dalam injil Markus. Sehingga setidaknya dapat menjadi input untuk
mengatasi penyelewengan-penyelewengan yang terjadi dalam gereja.
Setelah melihat kepada
uraian singkat di atas dan alasan serta tujuan penulisan maka penulisan skripsi
ini perlu ditindak lanjuti agar kelak dapat bermanfaat, baik secara umum untuk kepemimpinan sekuler
dan secara khusus bermanfaat bagi setiap hamba Tuhan untuk
mempersiapkan pola dan model kepemimpinan yang berintegritas dalam
menggembalakan jemaat yang menjadi tanggung jawab penggembalaannya.
Ruang Lingkup Penulisan
Agar
penulisan karya ilmiah ini lebih terfokus sesuai dengan judul dan tidak meluas
kedalam topik yang lain, maka penulis memberikan batasan atau ruang lingkup terhadap
topik penulisan ini, yaitu
membahas hal-hal yang berkaitan dengan “Kepemimpinan Yesus Yang Berintegritas di tinjau dari injil Markus dan implementasinya bagi
hamba Tuhan” berdasarkan studi pustaka. Selain injil Markus yang menjadi acuan
penelitian pustaka, juga studi pustaka
lainnya yang tentunya berkaitan erat dengan judul yang disebutkan di atas. Hal
ini dimaksudkan untuk dapat
mengungkapkan secara benar mengenai integritas kepemimpinan Yesus yang
mencangkup beberapa segi kehidupan yaitu dari segi kehidupan rohani, sosial,
ekonomi dan praktek kerja Yesus dalam masa pelayaanNya dibumi.
Ruang lingkup ini juga sekaligus menjadi batasan,
dimana penulis tidak akan memunculkan ide-ide yang tidak ditunjang oleh
dukungan pustaka. Dengan maksud untuk menghindari adanya kesalapahaman antara
pemimpin Kristen atau hamba-hamba Tuhan yang membaca karya tulis ini.
Metode
Penulisan
Penulisan skripsi ini menggunakan beberapa metode
antara lain: Pertama: penggalian berdasarkan studi pustaka terhadap: kepemimpinan secara umum dan khusus,
integritas secara umum dan khusus. Dan penggalian pustaka tentang injil
Markus. Kedua : Mengekspos bagian-bagian
tertentu injil Markus yang berkaiatan dengan integritas kepemimpinan Yesus,
untuk menemukan mengenai arti integritas kepemimpinan dan segi-segi dari
kepemimpinan integritas dalam pribadi Yesus selama masa pelayananNya dimuka
bumi. Ketiga menemukan dan memunculkan implementasi yang tepat sehingga bermanfaat bagi masukan ilmu pengetahuan dan
perbaikan integritas kepemimpinan para hamba-hamba Tuhan (secara khusus), dan
perbaikan integritas kepemimpinan secara sekuler (secara umum)
Sistematika
Penulisan
Sistimatika penulisan dalam skripsi ini dibagi
menjadi lima bab dengan susunan sebagai berikut: Bab pertama pendahuluan membahas tentang alasan pemilihan judul, tujuan penulisan, ruang lingkup penulisan,
metode penulisan dan sistematika penulisan skripsi..
Bab dua kajian teori dan teologis membahas tentang
konsep dasar kepemimpinan yang terbagi menjadi dua point yaitu mengenai
kepemimpinan umum, kepemimpinan Kristen. Bagian kedua dari bab ini adalah
konsep integritas yang terbagi menjadi dua point yaitu mengenai pengertian
integritas, tantangan integritas. Dan bagian ketiga dari bab ini membahas tentang integritas kepemimpinan Yesus dalam injil
Markus, yang terbagi menjadi beberapa point yaitu integritas relasi dalam
pelayan Yesus, integritas motivasi dalam pelayanan Yesus, integritas kesetian
berdoa di tengah pelayanan Yesus.
Bab tiga implementasi bagi hamba, membahas tentang
kepemimpinan hamba Tuhan yang berintegritas dengan point-pointnya adalah
integritas relasi dalam pelayanan hamba Tuhan, integritas motivasi dalam
pelayanan hamba Tuhan, integritas kesetian berdoa di tengah pelayanan hamba
Tuhan. Dan bagian terahir dari skripsi ini menyajikan kesimpulan dan saran.
Kemudian di tutup dengan daftar pustaka.
Mengacu kepada hal-hal di atas yaitu alasan pemilihan judul, tujuan penulisan,
ruang lingkup penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan maka
penulis memiliki alasan yang kuat untuk dapat menjabarkan dan menulis skripsi
ini pada bab-bab selanjutnya. Dengan
demikian ini akan menjadi sumbangsi besar bagi kepemimpinan hamba-hamba Tuhan,
sebagai sasaran utama dari penulisan skripsi ini.
[1]W.J.S Poerwardarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: PN
Balai Pustaka, 1976).
[2]Kenneth E. Hagin; Nama Yesus (Jakarta:Imanuel), 25-26.
[3]Marzuki Alie: Ada Anggota DPR di Penjara Masih Makan Duit DPR, http/www.tribunnews.com. (diakses tgl. 20 Januari 2013)
[4]http://www.menpan.go.id/index.php?option=com_phocadownload&view; (diakses :tgl.
14 November 2012)
[5]Jonathan Lamb, Integritas (Jakarta: Perkantas – Divisi
Literatur,2008),17.
[6]Paul G. Caram, Pedoman Bagi Hamba Tuhan (Jakarta:Voic
Of Hope,2007),V.
[7]Yakobus Handjojo Wijaya, Ikabot
kemulian Allah yang lenyap (Jakarta: 2005),6.
[9]Aldwin Ragoonath, Preach The Word (Jakarta: Gandum Mas,
2005),13.
[10]Sendjaya, Kepemimpinan Kristen (Jakarta: Kairos, 2004),62.
[11]Richard Clinton dan Paul
Leavenworth, Memulai dengan Baik –
Membangun Kepemimpinan Yang Kokok. (Jakarta: Metanoia, 2004), 21-22.
syalom...tx brur buat postingannya...memberkati dan membantu......GBU.......smakin sukses dalam pelayanan.......by. wengq Yesusa.
BalasHapus