Senin, 04 November 2013

Skripsi








BAB I

PENDAHULUAN


Kamus besar bahasa Indonesia menyatakan bahwa integritas adalah mutu, sifat, atau keadaan yang menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkan kewibawaan; kejujuran[1]. Dengan mengacu pada definisi ini maka integritas adalah suatu hal yang sangat esensial dalam kepemimpinan, baik dalam kepemimpinan sekuler maupun dalam kepemimpinan rohani. Bahkan boleh di katakan salah satu faktor utama kesuksesan seseorang ditentukan dari integritasnya. Untuk dapat membahas dan memperoleh titik temu antara integritas dan kepemimpinan dalam era sekarang ini, maka penulis berpendapat bahwa Yesus adalah cermin yang pantas untuk dijadikan standar keteladanan kepemimpinan tersebut. Kenneth E. Hagin dalam bukunya yang berjudul nama Yesus menerangkan tentang pribadi Yesus berdasarkan kitab Ibrani 1:1-6, Kenneth menyatakan bahwa:
Ia mewarisi nama yang lebih agung dari setiap nama malaikat manapun. Sebagai Anak Allah Ia adalah ahli waris dari segala yang dimiliki oleh Allah Ia merupakan wujud yang nyata dari Allah, Ia merupakan cahaya cemerlang,  Ia merupakan cahaya yang paling menyolok tentang gambar wujud  Allah. Ia merupakan perwujudan Allah yang berbicara langsung kepada manusia.[2]

 Kepemimpinan Yesus telah dibahas secara luas dalam kitab-kitab perjanjian baru, namun pada penulisan skripsi ini  lebih fokus membahas integritas kepemimpinan Yesus berdasarkan bagian-bagian tertentu dalam injil Markus. Injil Markus adalah kitab yang salah satu  keunikannya menempatkan  Yesus sebagai seorang hamba.
Integritas kepemimpinan sangat penting  untuk dibahas secara umum,  maraknya pemberitaan di media cetak dan media elektronik tentang kasus-kasus korupsi yang diungkap, yang melibatkan baik pengusaha, pegawai negeri sipil bahkan para pemimpin bangsa, anggota DPR, menteri, jaksa, gubernur, walikota, bupati,  banyak yang akhirnya dijebloskan ke dalam penjara. Berikut penulis memberikan sebuah contoh kasus tentang pernyataaan di atas dengan mengutip sebuah berita yang dilansir oleh tribunanews.com tentang seorang pejabat yang sudah dipenjara namun masih menerima gaji.
Yang jelas secara legal yang bersangkutan kan anggota Dewan. Kita bicara legalitas, kalau keuangan negara kan legalitas. Nyatanya ada anggota DPR yang sudah di penjara, belum diberhentikan masih makan duit DPR juga, kata Marzuki di Istana Merdeka Jakarta, Jumat (12/8/2011).[3]

Semua peristiwa ini ada kaitannya dengan integritas, bangsa ini terus mendambakan para pemimpin yang integritasnya tidak diragukan untuk mengantar bangsa ini menuju kehidupan yang lebih adil dan sejahtera serta benar-benar merdeka.  Namun melihat realita yang terjadi, apa yang didambakan tersebut belum kunjung dicapai. Usaha pemerintah terus dilakukan bahkan pemerintah melalui menteri pendayagunaan aparatur negara dan reformasi birokrasi republik Indonesia  mengeluarkan peraturan nomor 20 tahun 2012 tentang pedoman umum pebangunan zona integritas menuju wilayah bebas dari korupsi . Berikut penulis mengutip isi dari aturan pemerintah tersebut yang penulis download dari situs menteri pendayagunaan aparatur negara dan reformasi birokrasi republik Indonesia:
Dengan rahmat Tuhan yang maha esa menteri pendayagunaan aparatur negara dan reformasi birokrasi republik Indonesia, menimbang : a. bahwa fakta Integritas yang dilaksanakan dalam rangka pemberantasan korupsi selama ini perlu diimplementasikan dalam rangka mewujudkan Wilayah Bebas dari Korupsi; b. bahwa untuk mengimplementasikan Pakta Integritas sebagaimana disebutkan dalam huruf a. perlu ditetapkan peraturan mengenai Pedoman Umum Pembangunan Zona Integritas Menuju Wilayah Bebas dari Korupsi dengan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi;[4]

Ini menandakan bahwa keseriusan pemerintah untuk menangani kasus kepemimpinan yang berintegritas terlihat sangat jelas. Upaya-upaya ini tentunya adalah langkah-langkah yang diambil untuk meminimalisir kasus kepemimpinan yang tidak berintegritas.
Perlu diperhatikan bahwa apa yang terjadi didunia sekulerpun hari-hari ini telah merambat masuk kedalam gereja. Masalah integritas telah menjadi hal yang jarang diketemukan dalam kepemimpinan Kristen dalam hal ini para hamba Tuhan, yang diyakini oleh para kaum awam sebagai sosok yang patut diteladani dan dihormati.
Jonathan Parapak seorang cendekiawan Kristen dan pendiri Perkantas dalam kata pengantarnya pada buku Integritas : “Memimpin di bawah pengamatan Tuhan” yang ditulis oleh Jonathan Lamb mengatakan bahwa lebih memprihatinkan lagi berkembangnya masalah perpecahan dan bentrokan dalam berbagai institusi kristiani bahkan di gereja yang disebabkan masalah korupsi dan integritas para pejabatnya.[5] Jadi masalah integritas adalah masalah yang cukup universal karena bukan hanya terjadi di dunia sekuler tetapi juga terjadi dalam gereja. DR. Paul G. Caram dalam bukunya pedoman bagi hamba Tuhan (The Minister’s Manual) menyatakan bahwa:
Kondisi suatu bangsa berkaitan langsung dengan kondisi gereja didalam bangsa tersebut, dan kodisi gereja berkaitan langsung dengan kondisi para hamba Tuhannya. Seorang hamba Tuhan memiliki kuasa untuk mengarahkan umatnya kepada kebenaran atau kepada keduniawian. Tatkala suatu bangsa murtad atau mundur dari Tuhan dan sudah siap untuk dihukum, hal tersebut sesungguhnya adalah akibat dari pekerjaan seorang imam yang telah menurunkan standar-standar Allah[6].

 Tidak mengherankan bila banyak media memberitakan tidak hanya mengenai para politikus yang berjatuhan, tetapi juga para pendeta yang menggelapkan dana gereja atau yang melakukan perzinahan-perzinahan terselubung. Pdt. Yakobus Handjojo Wijaya dalam bukunya yag berjudul Ikabot (Kemulian yag lenyap menyatakan bahwa:
Sangat menyedihkan memang kejatuhan dari pada hamba-hamba Tuhan atau pemimpin rohani yang sudah pernah dipakai oleh Tuhan ini.
Iblis memakai sex dalam bentuk perzinahan, perselingkuhan (bagi yang sudah berkeluarga) pergaulan bebas (free sex, free love, khususnya kaum muda) ada juga hamba Tuhan yang menjadi homo secara tersamar maupun lesbi[7].

Kisah-kisah seperti ini sangat laris terjual karena merupakan contoh kemunafikan yang terang-terangan. Memang ada sedikit sensasi, tetapi bagaimana  reaksi orang awam yang menyadari kemunafikan para pemimpin tersebut, khususnya yang berasal dari kalangan gereja atau politikus yang merasa berhak menuntut orang lain bagaimana seharusnya berperilaku namun tidak dapat menunjukkan keteladan yang baik. Pemimpin yang seperti ini akan menjadi batu sandungan dan buah bibir bagi  orang-orang yang dipimpinya.  Hal senada pula dinyatakan dalam bukunya Pdt. Yakobus Handjoyo Wijaya yaitu bahwa:
Untuk menjadi seorang pemimpin tidaklah sederhana dan mudah, karena seorang pemimpin itu tidak hanya bertanggung jawab pada dirinya sendiri tetapi juga kepada banyak orang yang dipimpinnya. Ada banyak syarat yang harus dipenuhinya dan mentaati segala ketetapan yang sudah digariskan kepadanya [8].

Sudah terlalu biasa melihat korban yang berjatuhan dari kalangan petinggi gereja. Cara hidup pengkhotbah-pengkhotbah menyiratkan pertentangan dengan apa yang dikhotbahkan. Khotbah adalah bagian penting  dari pelayanan seorang hamba Tuhan  dan sering digunakan sebagai senjata. Tetapi sebenarnya apa yang sebenarnya dimengerti oleh seorang hamba Tuhan? Khotbahnya atau pribadinya?  Aldwin Ragoonath dalam bukunya Preach The Word mengutip pernyataan dua orang yaitu David Smith dan Philips Brooks, keduanya menyatakan tentang hal berkhotbah sebagai berikut:
Berkhotbah adalah penyampaian kebenaran oleh manusia kepada manusia. Dan Berkhotbah adalah membawa kebenaran melalui pribadi. Kedua pernyataan ini menunjuk pada pentingnya karakter seorang pendeta; pendeta menjadi bagian yang sangat berperan dalam khotbah.[9]

Jadi kalau masalah integritas seorang hamba Tuhan buruk maka khotbahnya adalah juga “buruk”. Betapa banyak kehancuran yang disebabkan oleh kesenjangan antara ajaran dan perilaku para hamba Tuhan maupun para pemimpin yang berseru kepada orang lain supaya hidup menurut standar Allah, namun ada kemunafikan dibalik itu. Sungguh ini telah mencemarkan reputasi gereja. Situasi seperti ini harus segera ditanggapi tidak boleh dibiarkan berlarut-larut, karena satu saja kecemaran dalam gereja dapat merusak pergerakan dan pertumbuhan gereja, baik secara kuantitas maupun kualitas. Apa yang penulis ungkapkan ini juga dinyatakan dalam firman Tuhan yaitu dalam suratan Galatia. 5:9 “Sedikit ragi sudah mengkhamirkan seluruh adonan".
Dengan demikian membahas mengenai kepemimpinan yang berintegritas adalah membahas segala hal yang berkaitan dengan seluruh aspek kehidupan dan ini sangat penting. Barometer yang dapat dipakai untuk membahas semuanya ini adalah Alkitab, secara khusus kembali melihat kepada pribadi Yesus dan kepemimpinanNya.


Alasan Pemilihan Judul
Ada beberapa alasan yang pemilihan judul pada skripsi “Integritas kepemimpinan Yesus dalam Injil Markus dan implementasinya bagi kepemimpinan hamba Tuhan”. Alasan-alasan tersebut adalah sebagai berikut: pertama, kepemimpinan Yesus adalah model yang perlu di teladani oleh pemimpin Kristen masa kini. Sebagaimana yang dinyatakan dalam injil Yohanes. 13:15 “Sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu”
Kedua, Integritas adalah modal utama seorang pemimpin, namun sekaligus modal yang paling jarang dimiliki oleh pemimpin. Pernyataan ini dibuktikan dengan penelitian dari seorang  Peneliti kepemimpinan James Kouzes dan Barry Posner dalam buku mereka berjudul Credibility : How Leaders Gain and Lose It, Why People Demand It melaporkan hasil riset mereka selama hampir 20 tahun dari survey terhadap ribuan kaum profesional dari empat benua. James Kouzes dan Barry Posner menyatakan  bahwa karakteristik nomor satu yang paling kritis bagi seorang pemimpin adalah integritas[10]. Berarti ini merupakan tragedi terbesar yang perlu diselesaikan.
Ketiga, model kepemimpinan Yesus masih sangat relevan dan perlu diterapkan untuk pemimpin masa kini. Hal ini sehubungan dengan arti integritas yang mengalami erosi. Bagi sebagian besar pemimpin  dari berbagai bangsa di dunia ini, kata integritas menimbulkan gagasan sok suci dan pikiran picik. Sehingga para pemimpin gereja berlaku sesuai dengan keinginannya sendiri dan melakukan penyelewengan-penyelewengan dalam kepemimpinan dalam gereja. Dr. Clinton di dalam studi perbandingannya tentang pemimpin di dalam Alkitab membandingkan para pemimpin yang menyelesaikan dengan tuntas dan mereka yang tidak. Dr. Clinton memaparkan bahwa:
Ada enam rintangan umum yang mengganggu para pemimpin yang sampai pada masa kini masih merupakan hambatan pelayanan yang umum, yaitu : (1) Penggunaan dan penyalahgunaan Keuangan, (2) Penyalahgunaan Kekuasaan, (3) Kebanggaan, (4) Penyelewengan Seksual, (5) Hubungan Keluarga, dan (6) Stagnasi.[11]

Mengacukan kepada ketiga alasan di atas maka penulis ingin menguraikan secara mendetail dalam skripsi ini bagaimana seorang hamba Tuhan dapat menjadi pemimpin yang memiliki integritas, dengan mengacu kepada integritas kepemimpinan Yesus berdasarkan injil Markus.


Tujuan Penulisan
Adapun yang menjadi tujuan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut: Pertama, memaparkan intengritas kepemimpinan Yesus berdasarkan bagian-bagian tertentu dalam injil Markus. Kedua, mengatasi krisis karakterisitik integritas pemimpin dalam gereja atau hamba-hamba Tuhan  dengan memberi sumbangsi pengetahuan dalam studi pustaka yang berkaitan dengan integritas kepemimpinan seorang hamba Tuhan. Ketiga, menyajikan secara benar arti integritas yang sesungguhnya dan penerapannya dalam dunia pelayanan, sebagaimana yang telah diterapkan oleh Yesus, secara khusus pada bagian-bagian tertentu dalam injil Markus. Sehingga setidaknya dapat menjadi input untuk mengatasi penyelewengan-penyelewengan yang terjadi dalam gereja. 
Setelah melihat kepada uraian singkat di atas dan alasan serta tujuan penulisan maka penulisan skripsi ini perlu ditindak lanjuti agar kelak dapat bermanfaat,  baik secara umum untuk kepemimpinan sekuler dan secara khusus bermanfaat bagi setiap hamba Tuhan untuk mempersiapkan pola dan model kepemimpinan yang berintegritas dalam menggembalakan jemaat yang menjadi tanggung jawab penggembalaannya.


Ruang Lingkup Penulisan
Agar penulisan karya ilmiah ini lebih terfokus sesuai dengan judul dan tidak meluas kedalam topik yang lain, maka penulis memberikan batasan atau ruang lingkup terhadap topik penulisan ini, yaitu membahas hal-hal yang berkaitan dengan   “Kepemimpinan Yesus Yang Berintegritas di tinjau dari injil Markus dan implementasinya bagi hamba Tuhan” berdasarkan studi pustaka. Selain injil Markus yang menjadi acuan penelitian  pustaka, juga studi pustaka lainnya yang tentunya berkaitan erat dengan judul yang disebutkan di atas. Hal ini dimaksudkan  untuk dapat mengungkapkan secara benar mengenai integritas kepemimpinan Yesus yang mencangkup beberapa segi kehidupan yaitu dari segi kehidupan rohani, sosial, ekonomi dan praktek kerja Yesus dalam masa pelayaanNya dibumi.
Ruang lingkup ini juga sekaligus menjadi batasan, dimana penulis tidak akan memunculkan ide-ide yang tidak ditunjang oleh dukungan pustaka. Dengan maksud untuk menghindari adanya kesalapahaman antara pemimpin Kristen atau hamba-hamba Tuhan yang membaca karya tulis ini.


Metode Penulisan
Penulisan skripsi ini menggunakan beberapa metode antara lain: Pertama: penggalian berdasarkan studi pustaka terhadap:  kepemimpinan secara umum dan khusus, integritas secara umum dan khusus. Dan penggalian pustaka tentang injil Markus.  Kedua : Mengekspos bagian-bagian tertentu injil Markus yang berkaiatan dengan integritas kepemimpinan Yesus, untuk menemukan mengenai arti integritas kepemimpinan dan segi-segi dari kepemimpinan integritas dalam pribadi Yesus selama masa pelayananNya dimuka bumi. Ketiga menemukan dan memunculkan implementasi yang tepat sehingga  bermanfaat bagi masukan ilmu pengetahuan dan perbaikan integritas kepemimpinan para hamba-hamba Tuhan (secara khusus), dan perbaikan integritas kepemimpinan secara sekuler (secara umum)


Sistematika Penulisan
                   Sistimatika penulisan dalam skripsi ini dibagi menjadi lima bab dengan susunan sebagai berikut: Bab pertama pendahuluan  membahas tentang alasan pemilihan judul,  tujuan penulisan, ruang lingkup penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan skripsi..
                   Bab dua kajian teori dan teologis membahas tentang konsep dasar kepemimpinan yang terbagi menjadi dua point yaitu mengenai kepemimpinan umum, kepemimpinan Kristen. Bagian kedua dari bab ini adalah konsep integritas yang terbagi menjadi dua point yaitu mengenai pengertian integritas, tantangan integritas. Dan bagian ketiga dari bab ini membahas  tentang integritas kepemimpinan Yesus dalam injil Markus, yang terbagi menjadi beberapa point yaitu integritas relasi dalam pelayan Yesus, integritas motivasi dalam pelayanan Yesus, integritas kesetian berdoa di tengah pelayanan Yesus.
                   Bab tiga implementasi bagi hamba, membahas tentang kepemimpinan hamba Tuhan yang berintegritas dengan point-pointnya adalah integritas relasi dalam pelayanan hamba Tuhan, integritas motivasi dalam pelayanan hamba Tuhan, integritas kesetian berdoa di tengah pelayanan hamba Tuhan. Dan bagian terahir dari skripsi ini menyajikan kesimpulan dan saran. Kemudian di tutup dengan daftar pustaka.
                   Mengacu kepada hal-hal di atas yaitu  alasan pemilihan judul, tujuan penulisan, ruang lingkup penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan maka penulis memiliki alasan yang kuat untuk dapat menjabarkan dan menulis skripsi ini pada bab-bab selanjutnya.  Dengan demikian ini akan menjadi sumbangsi besar bagi kepemimpinan hamba-hamba Tuhan, sebagai sasaran utama dari penulisan skripsi ini.
















[1]W.J.S Poerwardarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: PN Balai Pustaka, 1976).

[2]Kenneth E. Hagin; Nama Yesus (Jakarta:Imanuel), 25-26.

[3]Marzuki Alie: Ada Anggota DPR di Penjara Masih Makan Duit DPR, http/www.tribunnews.com. (diakses tgl. 20 Januari 2013)

[5]Jonathan Lamb, Integritas (Jakarta: Perkantas – Divisi Literatur,2008),17.
[6]Paul G. Caram, Pedoman Bagi Hamba Tuhan (Jakarta:Voic Of Hope,2007),V.

[7]Yakobus Handjojo Wijaya,  Ikabot kemulian Allah yang lenyap (Jakarta: 2005),6.

[8]Ibid, 64.


[9]Aldwin Ragoonath, Preach The Word (Jakarta: Gandum Mas, 2005),13.
[10]Sendjaya, Kepemimpinan Kristen (Jakarta: Kairos, 2004),62.
[11]Richard Clinton dan Paul Leavenworth, Memulai dengan Baik – Membangun Kepemimpinan Yang Kokok. (Jakarta: Metanoia, 2004), 21-22.

1 komentar:

  1. syalom...tx brur buat postingannya...memberkati dan membantu......GBU.......smakin sukses dalam pelayanan.......by. wengq Yesusa.

    BalasHapus